Minggu, 31 Oktober 2010

Sahabat Maya


Aku duduk didepan komputerku melakukan hal yang seperti biasanya aku lakukan setiap pulang kuliah. Aku membuka akun facebookku dan segera membuka kotak pesanku yang sudah menumpuk sampai ratusan pesan dan sepertinya memanggil – manggil meminta untuk segera dibaca.

Tapi tidak semua pesan yang masuk di inbox aku baca, karena jujur saja aku paling males yang namanya harus membaca pesan di facebook apalagi sudah mencapai sekian ratus. Mataku terus mencari dideret pesan yang masuk dan mencari pesan dari sahabatku di situs jejaring social itu. Akhirnya aku menemukan sebuah pesan dari sahabatku itu “ Pras ” namanya, segera aku klik judul pesan itu yang hanya bertuliskan (…..).
Aku segera membaca pesan itu, namun bunyi pesannya cuma bertuliskan
“Arya maafin aku ya……….”
Aku cuma dapat menghela nafas berusaha tenang, namun tidak bisa ku pungkiri bahwa perasaanku menjadi tidak karuan setelah membaca pesan itu. Dalam pikiranku saat ini, aku merasa aneh sekali karena Pras seperti menuliskan kalimat perpisahan. Aku terus berusaha menenangkan diriku. Meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa – apa, tapi dalam benakku sepertinya aku sudah tahu apa yang telah terjadi.
Jika diingat – ingat, memang aku akhir – akhir ini menjadi sangat dekat dengan Pras teman facebookku itu. Selain memang kami punya banyak kesamaan, aku juga merasa kagum dengan Pras yang selalu berusaha membuat orang – orang disekitarnya tersenyum meskipun hatinya sendiri sedang hancur saat ini.
Aku sendiri lupa kapan pertama kali kami bisa berteman dekat di facebook, yang jelas kami bisa sangat akrab karena memang kami punya banyak kesamaan mulai dari umur, kesukaan hingga semester yang sama. Mungkin hal – hal kecil itu yang menjadi alasan kenapa kami bisa bersahabat dekat dan sangat nyambung ketika ngobrol meskipun hanya di dunia maya.
 Perbedaan yang cukup mencolok di antara kami, hanyalah masalah bidang yang kami geluti saat ini. Pras lebih memilih bidang kesehatan untuk masa depannya. Dia adalah mahasiswa kedokteran di salah satu universitas terbaik di kota Melbourne Aussi dan bercita – cita menjadi seorang dokter yang hebat bagi pasien – pasiennya dan tentu saja bagi dirinya sendiri.
 Sementara aku, seorang mahasiswa pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Semarang. Aku memilih bidang pendidikan sebagai jalanku. Maklum lah, karena aku sangat ingin menjadi seorang pakar pendidikan di negeri ini yang katanya pendidikannya jauh tertinggal dari Negara lain.
Tapi justru dari perbedaan – perbedaan itu, kami jadi semakin mengagumi satu sama lain.
Perasaanku makin merasa gelisah, emosiku makin tidak terkontrol karena ada ketakutan yang sangat besar dibenakku memikirkan berbagai hal yang menimpa temanku itu. Aku terus membayangkan hal - hal buruk, apalagi semenjak dua hari yang lalu Pras meminta aku melakukan hal yang sangat membuat aku cukup surprise.
Dua hari yang lalu Pras meminta sebuah hal yang aku sendiri bingung harus memenuhinya atau tidak. Seperti biasa Pras menuliskan semuanya lewat pesan di dalam situs jejaring facebook tempat kami saling bertukar pikiran. Namun, hal yang membuat aku kaget dalam pesan itu adalah ketika dia mengatakan hal yang mungkin tidak dapat dicerna oleh akal sehatku.
Begini bunyi pesannya
“ Arya, aku minta tolong kepada kamu, tolong kamu mau menggantikan aku sebagai pacar untuk Wida, Tolong jaga dia…..” pinta Pras dalam pesan singkatnya.
Sontak aku sangat kaget bagai tersambar petir mengetahui bahwa Pras menawarkan pacarnya sendiri untuk cowok lain, dan permintaan itu muncul dari mulut Pras langsung. Tapi yang menjadi pertanyaanku yang lebih mendalam, kenapa dia meminta aku yang  melakukannya?. Padahal aku sendiri belum pernah bertemu dengan Wida pacar Pras itu. Meskipun aku memang sudah mengenal Wida cukup dekat, namun semua itu hanya sebatas lewat sms dan juga melalui chatting. Apalagi Wida sekarang berada di Bogor untuk sekolah, dalam benakku yang terpikir saat itu adalah aku tidak mungkin melakukan hal mustahil itu.
Sementara aku juga saat ini sedang menyukai seorang gadis di kampus. Gadis yang begitu berbeda dengan gadis – gadis lainnya, “Tari” namanya. Seorang gadis yang sangat baik dan begitu mempesona hatiku, meskipun sampai saat ini aku masih memendam rasa ini sendiri. Namun, semua hal itu cukup membuat aku merasa berat untuk menerima permintaan Pras.
Cukup lama aku memandang layar komputerku bertanya – tanya apakah yang telah terjadi, meskipun sepertinya aku benar – benar tahu apa yang telah terjadi.
*****
 Aku mulai menutup facebookku dan merebahkan diriku diatas pembaringanku sambil sejenak menutup mataku yang sedikit perih, mungkin karena terlalu lama memandang computer. Jika aku ingat – ingat memang Tuhan sepertinya sudah merencanakan semua ini dengan begitu matang. Tuhan mendekatkan aku dan Pras disaat kami saling kehilangan sesuatu di dalam hidup kami. Disaat kami mulai kehilangan kepercayaan dalam diri kami.
Kepercayaan akan mimpi dan harapan…………………………………………
 Pras adalah seorang pemuda yang sangat percaya tentang impian, dia selalu meyakinkanku untuk terus bermimpi. Namun, kepercayaannya akan harapan mulai pupus karena keadaannya sekarang membuatnya tidak percaya lagi akan ada harapan untuknya.
  Sementara aku sendiri, akhir – akhir ini mulai kehilangan mimpi – mimpi dan jati diriku yang tadinya serasa begitu berharga. Namun,  sekarang sepertinya hambar dan tak ada artinya lagi buatku. Semenjak kekalahanku di masa SMA, karena kecurangan yang dilakukan temanku dalam suatu test membuatku gagal mewakili sekolahku di sebuah perlombaan yang selama ini aku impikan. Dan luka itu membekas sampai sekarang hingga aku duduk di semester dua bangku kuliah. Tapi meskipun demikian, aku percaya bahwa akan ada harapan bagiku untuk kembali bangkit dari keterpurukanku.
Sepertinya memang tuhan begitu sayang kepada kami. Tuhan sepertinya mengisyaratkan kepada kami untuk kembali bangkit menyatukan antara mimpi dan harapan kami yang mulai sirna. Aku sendiri pun mulai bisa mengembalikan kepercayaan diriku berkat Pras. Begitu banyak hal yang aku dapat dari Pras. Dia mengajarkanku tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Dia begitu menginspirasiku dengan ketegarannya, dimana dia tetap berusaha tersenyum dan membuat orang di sekitarnya bahagia padahal hatinya sendiri sedang terluka karena kondisi tubuhnya.
 Tiba – tiba suara handphoneku mengagetkan jantungku. Sontak mataku yang terpejam setengah tertidur segera terbuka, kemudian aku melihat siapa yang mengirimiku sms dan telah berani mengganggu tidurku. Ternyata itu sms dari Tari, gadis yang selama ini aku suka. Tari tahu jika aku sedang gusar dari status facebook yang aku tulis secara samar. Gadis ini memang begitu perhatian, itulah yang membuatku makin terpesona kepadanya. Tari sepertinya tahu bahwa aku sedang mencemaskan Pras sahabat facebookku itu. Aku memang sering bercerita tentang Pras dan kondisi Pras kepada Tari. Bahkan Tari tahu tentang permintaan Pras, karena memang Tari cukup dekat denganku. Tari bahkan memintaku untuk memenuhi permintaan Pras itu. Namun, dia tidak pernah tahu jika aku tidak mau menuruti permintaan Pras karena dirinya. Biar bagaimanapun Tari telah membuatku jatuh cinta, dan aku tidak mampu berusaha mencintai gadis lain saat ini selain Tari.
Namun entah kekuatan apa yang tiba – tiba muncul di diriku, akhirnya aku berani mengajak Tari ketemuan. Karena sepertinya hatiku sudah tidak mampu membendung perasaan ini. Aku membalas smsnya dan mengajaknya bertemu.
“ Tar, aku mau bertemu denganmu sekarang di taman kampus kita……tolong kamu datang.” Pintaku pada Tari
Tari pun menyanggupinya.
 “ Ok .” balas Tari.
*****
Sore itu di taman kampus yang sudah mulai lengang, Kami duduk bersampingan di gazebo taman kampusku. Sejenak suasana begitu dingin seperti es, namun aku beranikan diri untuk mulai menatap wajah Tari yang sedikit tertunduk. Tiba – tiba suara Tari yang lembut memecah kesunyian itu.
“ Ada apa Ar, kenapa kamu ingin menemuiku?”
Aku terdiam sesaat dengan sedikit menelan ludah, aku mulai menjawab pertanyaan itu. Dan tiba – tiba terlontar begitu saja dari mulutku.
“ Aku, sayang banget ma kamu Tar.”
“ Satu alasanku menolak permintaan Pras, karena aku udah jatuh cinta ma kamu.”
Kalimat itu membuat wajah Tari yang ada di depanku sedikit berubah, dari yang tadinya tegang, menjadi seperti begitu lega mendengar pengakuanku barusan.
Tari sejenak terdiam, dan setelah beberapa saat terdiam Tari mulai hendak bersuara. Namun, sebelum Tari mengeluarkan suaranya tiba – tiba sebuah pesan masuk membuat suara handphoneku membuyarkan suasana yang cukup tegang itu. Sejenak akhirnya kuputuskan untuk memotong momen itu sebentar dan melihat isi pesan di HP-ku, tampak Tari pun memakluminya.
Saat aku buka, ternyata sebuah pesan dari Wida.
“Arya….Pras udah pergi untuk selamanya…..Kanker otak akhirnya mengalahkannya.”
Setelah aku membaca pesan itu, sontak badanku lemas dan HP-ku pun terjatuh ditempat duduk gazebo.
Tari yang melihat itu segera memungut HP-ku dan membacanya. Mengetahui isi pesan itu, Tari terdiam sejenak sambil menatapku yang begitu lemas terpukul atas kabar itu biarpun air mata tidak keluar dari mataku. Tari segera memeluk tubuhku yang lemas dengan tatapanku yang kosong mengisyaratkan ketidak percayaan. Lalu dia membisikan sebuah kalimat di telingaku sambil meneteskan air mata.
“ Aku juga sayang kamu Arya.”
Lalu Tari kembali mengeratkan pelukannya. Dan kami tetap terdiam sambil Tari tetap memeluk tubuhku di tengah keheningan itu.
Akhirnya kanker otak stadium akhir mengalahkan Pras, sahabat yang tidak pernah aku temui hingga sekarang. Seseorang yang menginspirasiku, dan mengajariku tentang arti kehidupan di dunia maya. Dia tetap bersemangat meskipun hidup dalam penyakit yang selalu menyiksanya setiap hari. Bahkan sebelum kepergiannya, dia tetap memikirkan orang – orang yang di cintainya.
*****

Beberapa bulan kemudian
Setelah kepergian Pras, aku masih tetap mengenangnya dengan tetap menyimpan facebooknya di dalam daftar temanku. Biarpun Pras telah pergi dan kami belum pernah bertemu, namun semangatnya akan terus aku kenang.
Aku akhirnya kembali menemukan mimpi – mimpiku dan aku tidak akan pernah menyerah lagi pada keadaan. Aku mulai kembali berusaha berkarya di bidang ilmiah untuk mewujudkan impian masuk PIMNAS. Meski aku tidak bisa bersama Wida, namun aku tetap berhubungan baik dengannya. Sementara Tari tetap menjadi warna yang akan menghiasi hari – hariku. Karena hidup adalah tentang bagaimana kita berusaha membuat warna dalam kehidupan kita. Terima kasih sahabat maya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar